MUDA BERDAKWAH…?SIAPA TAKUT…..
Bel istirahat pun berbunyi.Teng…teng…teng. Seakan-akan bersahutan memanggil siswa yang sedang belajar di kelas. Para siswa pun berteriak kegirangan, ingin rasanya segera melepas penat setelah berjam-jam bergelut dengan “celotehan”guru. Kebanyakan mereka pergi ke kantin untuk mengisi perut dan membeli minuman, Ada juga yang lebih memilih ke perpustakaan untuk membaca buku, atau hanya berdiam diri di kelas.
“Ikut sama saya yuk!”.Tiba-tiba terdengar suara menyapa.
“Ke mana?”
“Ke mushollah untuk sholat dhuha. Manfaatkan waktu istirahat ini untuk bertaqarrub (mendekatkan diri) pada Allah.”
Wahai pemuda… adakah di antara kita yang bisa seperti itu? Di saat orang lain sibuk memikirkan aktifitas keduniaan mereka. Di mana zaman berkata bahwa masa remaja adalah masa untuk menemukan jatidiri. Tiba-tiba muncullah sesosok pemuda yang dengan semangat menggelora, lebih memilih untuk mempunyai jati diri sebagai orang yang “asing” dan lain dari yang lain. Yuuup….mereka senantiasa ingat akan RabbNya. Bahkan ia mulai mengajak teman-temannya untuk menyambut hidayah Allah yang terlebih dahulu telah ia rasakan.
Bila Masjid ramai dipenuhi orang-orang tua, itu adalah sesuatu yang sangat biasa. Sudah sewajarnya orang-tua lebih mendekatkan diri kepadaAlloh ‘Azza wa jalla, karena mungkin dihantui oleh usia mereka yang membuat mereka yakin sudah bakal pulang kembali menghadap Allah.
Tapi anda haruslah merasa bangga ketika ada seorang pemuda yang hatinya terpaut jika mendengar panggilan adzan dan bergegas menuju ke mesjid.
Allah telah menetapkan pada ummatnya kewajiban untuk menuntut ilmu.
“Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim”
Syeikh Abdullah bin Baz rahimahullah dalam bukunya "menebar ilmu menuai pahala" mengatakan bahwa ilmu yang dimaksud adalah ilmu syar'i (ilmu yang mengajarkan apa saja yang harus dilakukan oleh seorang tentang agamanya), baik berupa ibadah maupun
muamalah. Ilmu tersebut meliputi tentang Allah, sifat – sifatNya, dan apa saja yang harus kita lakukan untuk-Nya dan apa saja yang harus kita hindari untuk mensucikanNya. Waktu untuk belajar agama di sekolah yang hanya 2 jam setiap pekannya, dirasa sangatlah kurang untuk menjadi pembenteng keimanan kita. Olehnya,menuntut ilmu agama tidaklah monoton di sekolah. Allah mewajibkan kita untuk menuntut ilmu addin, dan kemajuan teknologi memberikan kita kemudahan. Begitu banyak siaran di televisi dan radio yang menyuarakan dakwah. Begitu pula dengan ta’lim di masjid-masjid yang selayaknya jangan pernah kita lewatkan
Kita adalah seorang muslim maka tunjukanlah prinsip “Isyhaduu bi anni muslimin”(saksikanlah bahwa saya seorang muslim). Berjalan ke masjid dengan memakai baju gamis dapat menjadi ladang pahala bagi kita. Bayangkan orang lain yang melihat kita walaupun mungkin secara tidak sengaja, kemudian dengan perantara kita minimal Ia teringat pada Allah ‘Azza wa jalla, insya allah hal itu akan bernilai ibadah bagi kita.
Apatah lagi jika kita mengajak orang lain ke masjid, kemudian Ia tergerak hatinya untuk ikut shalat ke masjid. Kemudian Allah memberinya hidayah untuk menjaga shalat wajibnya di masjid, lalu seiring berjalannya waktu orang tadi telah menjadi seorang yang senantiasa berdakwah pada orang lain. Andaikata ada seribu orang yang mendapat hidayah karena ceramah ustadz tadi, insya Allah kita akan mendapatkan bonus “cucuran” pahala bahkan tanpa kita sadari.
“Barang siapa yang menunjuki suatu jalan kebaikan maka ia akan mendapat pahala yang sama tanpa mengurangi sedikitpun pahala orang yang melakukan kebaikan tsb.
Subhanallah…..!!Ingatlah semua itu tadi berawal dari “dakwah bisu” seorang pemuda.
Kita sebagai pemuda hendaknya sadar betul akan potensi yang ada dalam diri kita. Kalau para politisi mengatakan bahwa pemuda adalah generasi penerus bangsa, maka Islam pun berkata pemuda adalah tonggak perjuangan Islam dan pemegang panji perjuangan dakwah.
Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa salam menceritakan sepenggal kisah dari suasana padang mahsyar. Tatkala jarak matahari tidak lagi dihitung dengan jarak puluhan kilometer dari bumi, bahkan tinggal sejengkal atau se-mil dari kepala kita. Siapapun bisa menerka betapa panasnya kala itu.
Akan tetapi Rasulullah memberi kabar gembira pada tujuh kriteria ummatnya yng mana ia akan menikmati keteduhan dan sejuknya zhilal (naungan) Allah Azza wa Jalla.
Salah satunya adalah “Pemuda yang tumbuh dengan ketaatan dan senantiasa beribadah kepada Allah”.
Kita selayaknya merasa prihatin dan bersikap kritis dengan kondisi anak pemuda sekarang yang mulai digerogoti dengan menjamurnya pengaruh Barat yang menyerang pemikiran kita.Mulai dari model rambut, pakaian, yang lebih parah jika kita ikut-ikutan merayakan hari besar mereka.
Manfaatkanlah hembusan nafas setiap detik, memikirkan agama ini dengan menuntut ilmu dan berdakwah.
“Ada dua nikmat yang terkadang orang tertipu karenanya; kesehatan dan waktu luang”. (HR.Bukhari)
Maka senantiasalah bersyukur atas nikmat Allah Azza wa Jalla di saat kita sehat. Jangan cuma waktu sakit saja kita baru menyebut-nyebut nama Allah. Munculkanlah segala potensi yang Allah Azza wa Jalla karuniakan pada kita. Sungguh langkah kita di masa muda adalah penentu masa tua kelak. Bekerja dalam suatu organisasi akan memberikan pengalaman baru untuk bertindak. Apalagi aktif dalam remaja masjid dekat rumah atau rohis di sekolahta’. Kita bisa menawarkan diri mengambil peran yang sederhana. Misalnya antar jemput ustadz kalau ada ta’lim, membersihkan atau mengepel masjid. Simple tapi berpahala lhoooo!!Dan ingatlah masa muda kita akan kita pertanggungjawabkan pada Allah Azza wa Jalla di akhirat kelak.
“Pada hari kiamat ,kedua kaki seorang hamba tidak akan bergeser sebelum ditanyai : tentang umur, untuk apa dihabiskan; tentang ilmu untuk apa ia gunakan; tentang harta dari mana ia peroleh dan untuk apa ia gunakan; tentang badannya untuk apa ia gunakan” (HR At-Tirmidzi)
Tidak semua orang dikaruniai lisan yang pandai berbicara ataupun berceramah.Tapi ada yang memiliki bakat membuat tulisan yang bagus. Anak muda biasanya lebih kreatif, penuh ide baru dan segar.Dengan membuat majalah dinding yang secara teratur, rapi dan indah akan meningkatkan minat IQRO / baca teman-teman kita. Kita bisa memajangnya di mading mushollah ataupun mading OSIS.
Siswa yang sedang singgah di masjid akan bertambah Ilmunya, informasi Makin tersebar luas dakwah menjadi makin luas, makin gencar, dan remaja jadi semakin berwawasan dan tidak “misma” (miskin agama).
“Wahai Orang-Orang yang beriman jika kamu menolong agama Allah maka Allahpun akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” (Q.S Muhammad : 7)
Tunggu apa lagi akhi…Tuntutlah ilmu agama yang merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Aturlah waktu untuk menghadiri majelis-majelis ilmu yang ada di sekitar rumah atau di sekolah. Jangan berbangga menghabiskan waktu duduk di “majelis jalanan”, hanya sekedar menyanyikan lagu gombal dan murahan. Amalkan dan sampaikan ilmu pada orang lain serta bersabar dalam upaya dakwah ini.
Berpuas-puaslah dalam ibadah ilallah. Di sanalah kita akan menemukan manisnya keimanan. Letih memang di awalnya, tapi di ujungnya manis dan sejuk yang terasa memenuhi relung jiwa. Jika sudah begini, bukankah di sini letaknya kebahagiaan masa muda……..????
Mungkin tulisan ini belum cukup membuat semua remaja bergeming dari keterpurukannya.
Tapi yakinkanlah bahwa antumlah orang pertama yang membuat suatu perubahan pada diri antum……
Berdakwah di usia muda..? Siapa takut……??!!!!
Wallahu Ta’ala A’lam.
(Dzul Fahmi )
Kamis, 15 Januari 2009
Panah Yang Tak Pernah Meleset
Panah Yang Tak Pernah Meleset
(Al Fikrah No.17 Thn VIII/6 Dzulqa'dah 1428 H)
Tanyakan kepada semua orang, adakah manusia yang tidak memiliki persoalan hidup? Siapa di antara kita yang sepanjang hidupnya diliputi kesenangan? Siapa pula di antara kita yang tidak memiliki obsesi yang tak kunjung terealisasi? Adakah di antara kita yang merasa tenang karena yakin bahwa dosa-dosanya tidak akan menyeretnya ke dalam neraka?
Mereka tentu akan menjawab, "Tidak ada!"
Kita semua memiliki beragam persoalan. Kita pun sering diliputi kesedihan dan duka. Cita-cita dan harapan yang masih tertunda. Bayangan-bayangan dosa pun senantiasa menghantui.
Lalu kemana hendak mengadu?
MENGAPA RAGU BERDOA
Seorang lelaki datang kepada Rasulullah Õáì Çááå Úáíå æÓáã dan mengatakan, "Wahai Rasulullah, apakah Tuhan kita itu jauh sehingga kita menyeru-Nya, ataukah Dia dekat, sehingga kita cukup berbisik kepada-Nya?" Maka turunlah firman Allah ÓÈÍÇäå æÊÚáì
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, ….." (QS. Al Baqarah: 186).
Pertanyaan yang ditanyakan oleh lelaki tersebut adalah pertanyaan yang begitu mudah. Tapi Rasulullah Õáì Çááå Úáíå æÓáã tidak menjawabnya. Apakah Rasulullah Õáì Çááå Úáíå æÓáã tidak mengetahui jawabannya? Tentu saja Rasulullah Õáì Çááå Úáíå æÓáã
Marilah kita cermati kembali firman Allah di atas, "Apabila ia memohon kepada-Ku". Ayat ini mengandung konsekuensi berdoa terlebih dahulu sebelum berharap pengabulannya. Ya, Allah ÓÈÍÇäå æÊÚáì akan mengabulkan permintaan Anda, tapi dengan syarat, Anda mesti berdoa terlebih dahulu.
Perhatikanlah pertanyaan-pertanyaan Allah ÓÈÍÇäå æÊÚáì dalam ayat-ayat berikut ini, dan perhatikan pula jawabannya. Allah ÓÈÍÇäå æÊÚáì berfirman,
"Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah, "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji." (QS. Al Baqarah: 189).
"Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah, "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar." (QS. Al Baqarah: 217).
"Mereka menanyakan kepadamu tentang (pembagian) harta rampasan perang. Katakanlah, "Harta rampasan perang kepunyaan Allah dan Rasul." (QS. Al Anfâl: 1).
"Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah, "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". " (QS. Al Baqarah: 219).
Setiap pertanyaan dalam ayat-ayat di atas jawabannya selalu didahului dengan kata "qul" (katakanlah). Berbeda dengan ayat berikut ini,
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku." (QS. Al Baqarah: 186).
Dalam ayat ini, Allah ÓÈÍÇäå æÊÚáì yang langsung menjawabnya tanpa menggunakan kata "qul" (katakanlah), sebab hubungan yang ada adalah hubungan langsung, kontak terbuka antara kita dengan Allah ÓÈÍÇäå æÊÚáì, kapan dan di mana saja, tanpa ada perantara antara kita dengan-Nya.
Apalagi yang menghalangi tangan kita untuk tengadah berdoa kepada-Nya? Bukankah Allah ÓÈÍÇäå æÊÚáì, Yang Mahakaya lagi Mahakuasa atas segala sesuatu telah berkata kepada kita, "Mintalah kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan permohonanmu"?
Allah yang Mahakaya, Pemilik segala sesuatu, menyuruh Anda untuk meminta kepada-Nya. Tapi mengapa ketika kita ditimpa musibah, atau didera cobaan dan kesulitan, kita lebih memilih untuk meminta dan mengadu kepada sesama makhluk? Masuk akalkah seorang yang sedang tenggelam, memohon pertolongan dari orang yang juga tenggelam? Masuk akalkah, seseorang yang sedang membutuhkan, meminta pertolongan kepada orang yang juga membutuhkan?
Allah ÓÈÍÇäå æÊÚáì berfirman, "Hai manusia, kamulah yang berhajat kepada Allah; dan Allah Dialah yang Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Mahaterpuji." (QS. Fâthir: 15).
Alangkah dalam pengertian ayat ini! Setiap kita membutuhkan Allah! Orang kaya di antara kita adalah fakir. Penguasa kita adalah fakir. Rakyat jelata kita pun fakir. Setiap kita adalah hamba-hamba Allah yang fakir! DAn Allahlah yang Mahakaya, Al Ghaniy Al Hamîd. Kata-kata Al Ghaniy ini disebutkan dalam bentuk ma'rifah, agar kita tahu bahwa kekayaan ini adalah kekayaan (ketidakbutuhan) yang sifatnya mutlak dan absolut.
Anda bertanya, "Siapakah sebenarnya Sang Pemberi yang begitu Dermawan itu?" Dialah Allah! Salah satu nama-Nya adalah "Al Karîm", yang berarti Zat Yang Mahamemberi tanpa diminta. Subhânallah! Maka apalagi jika diminta!
KEUTAMAAN DOA
Pernahkah Anda memperhatikan susunan surah-surah dalam Al Qur'an? Ternyata Kitabullah dimulai dengan doa, surah Al Fatihah. Bukankah surah ini berisi doa agar kita ditunjuki jalan yang lurus? Lalu surah An-Nâs, surah penutup dalam Al Qur'an. Surah ini pun berisi doa perlindungan dari kejahatan bisikan setan, jin maupun manusia.
Maka Al Qur'an dibuka dengan doa lalu ditutup dengan doa pula, menunjukkan keutamaan yang agung dari doa ini.
1. Yang Paling Mulia di Sisi Allah
Rasulullah Õáì Çááå Úáíå æÓáã bersabda,
áóíúÓó ÔóíúÁñ ÃóßúÑóãó Úóáóì Çááøóåö ÊóÚóÇáóì ãöäú ÇáÏøõÚóÇÁö
"Tidak ada yang lebih mulia di sisi Allah melebihi doa." (HR. Tirmidzi & Ibnu Majah ).
2. Karenanya Allah Cinta
Rasulullah Õáì Çááå Úáíå æÓáã bersabda,
ãóäú áóãú íóÏúÚõ Çááåó ÓõÈúÍóÇäóåõ ÛóÖöÈó Çááåõ Úóáóíúåö
"Siapa yang tidak berdoa kepada Allah I, maka Allah akan murka kepadanya." (HR. HR. Ahmad dan selainnya, dinyatakan hasan oleh Al Albânî).
Dari hadits ini, kita bisa pahami bahwa doa adalah ibadah yang dicintai oleh Allah. Demikian pula orang yang berdoa dicintai oleh Allah. Mengapa demikian? Karena Allah I murka kepada hamba-Nya yang tidak mau berdoa.
Nah, sekarang Anda dihadapkan pada dua pilihan, Anda tetap enggan dan malas berdoa lalu Allah murka kepada Anda, atau Anda berdoa dan Allah pun cinta kepada Anda? Jiwa-jiwa yang sehat tentu akan memilih pilihan kedua, seperti halnya Anda. Bukan begitu?
3. Ibadah yang Paling Utama
Ibnu Abbas radhiyallohu anhuma berkata, "Ibadah yang paling afdhal adalah doa." (HR. Hâkim, juga diriwayatkan secara marfu’ dan dinyatakan hasan oleh Al Albânî).
BENTUK-BENTUK PENGABULAN DOA
Sekian banyak kenikmatan yang telah Allah karuniakan kepada Anda merupakan jawaban atas doa-doa Anda kepada-Nya. Anda bertanya, "Bagaimana bisa seperti itu?"
Ternyata, doa yang kita panjatkan tidak ada yang sia-sia, karena bisa jadi doa yang kita panjatkan itu dikabulkan dalam bentuk lain.
Di antara bentuk pengabulan doa adalah:
Pertama: Doa Anda dikabulkan di dunia.
Kedua: Ditangguhkan sampai hari kiamat.
Ketiga: Sebagai penangkal kejelekan yang mungkin akan menimpa Anda.
Inilah rahmat dan kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya, di mana Dia tak pernah menyia-nyiakan kebaikan yang kita lakukan.
Tapi mungkin Anda tidak tertarik dengan hal ini. Dan Anda berkata, misalnya ketikaAnda sedang butuh uang untuk suatu keperluan dan Anda telah berdoa kepada Allah agar diberi rezeki, "Allah Maha Mengabulkan doa, dan saya menginginkan doa saya dikabulkan di dunia. Saya hanya ingin uang, bukan dalam bentuk lain."
Ini adalah hal yang wajar. Tapi apakah Anda yakin bahwa setiap doa Anda akan mendatangkan kebaikan? Sebab bisa jadi, sebagian doa Anda justru akan mendatangkan kejelekan bagi Anda. Anda mungkin telah berdoa agar bisa lulus di perguruan tinggi favorit di kota Anda. Anda betul-betul menghiba bahkan sampai meneteskan air mata dalam berdoa. Namun Anda ternyata tidak diterima di perguruan tinggi itu. Apa yang akan Anda katakan? "Allah tidak mengabulkan doaku!".
Namun sebenarnya Allah telah mengabulkannya! Yaitu dengan menghalangi kejelekan yang hampir menimpa Anda tanpa Anda sadari jika Anda diterima kuliah di tempat tersebut. Bisa jadi di PT itu Anda akan dipertemukan dengan teman-teman yang buruk akhlak dan perangainya, yang justru akan menggelincirkan Anda dalam kebinasaan dunia dan akhirat.
Atau, Allah menangguhkan jawaban doa tersebut di akhirat dalam bentuk pahala yang tidak pernah Anda sangka-sangka sebelumnya. Demikian menakjubkannya pahala itu, sampai-sampai Anda berharap agar doa-doa Anda tidak dikabulkan di dunia. Semua untuk simpanan akhirat saja.
Terakhir Diperbaharui ( Jumat, 23 November 2007 )
(Al Fikrah No.17 Thn VIII/6 Dzulqa'dah 1428 H)
Tanyakan kepada semua orang, adakah manusia yang tidak memiliki persoalan hidup? Siapa di antara kita yang sepanjang hidupnya diliputi kesenangan? Siapa pula di antara kita yang tidak memiliki obsesi yang tak kunjung terealisasi? Adakah di antara kita yang merasa tenang karena yakin bahwa dosa-dosanya tidak akan menyeretnya ke dalam neraka?
Mereka tentu akan menjawab, "Tidak ada!"
Kita semua memiliki beragam persoalan. Kita pun sering diliputi kesedihan dan duka. Cita-cita dan harapan yang masih tertunda. Bayangan-bayangan dosa pun senantiasa menghantui.
Lalu kemana hendak mengadu?
MENGAPA RAGU BERDOA
Seorang lelaki datang kepada Rasulullah Õáì Çááå Úáíå æÓáã dan mengatakan, "Wahai Rasulullah, apakah Tuhan kita itu jauh sehingga kita menyeru-Nya, ataukah Dia dekat, sehingga kita cukup berbisik kepada-Nya?" Maka turunlah firman Allah ÓÈÍÇäå æÊÚáì
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, ….." (QS. Al Baqarah: 186).
Pertanyaan yang ditanyakan oleh lelaki tersebut adalah pertanyaan yang begitu mudah. Tapi Rasulullah Õáì Çááå Úáíå æÓáã tidak menjawabnya. Apakah Rasulullah Õáì Çááå Úáíå æÓáã tidak mengetahui jawabannya? Tentu saja Rasulullah Õáì Çááå Úáíå æÓáã
Marilah kita cermati kembali firman Allah di atas, "Apabila ia memohon kepada-Ku". Ayat ini mengandung konsekuensi berdoa terlebih dahulu sebelum berharap pengabulannya. Ya, Allah ÓÈÍÇäå æÊÚáì akan mengabulkan permintaan Anda, tapi dengan syarat, Anda mesti berdoa terlebih dahulu.
Perhatikanlah pertanyaan-pertanyaan Allah ÓÈÍÇäå æÊÚáì dalam ayat-ayat berikut ini, dan perhatikan pula jawabannya. Allah ÓÈÍÇäå æÊÚáì berfirman,
"Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah, "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji." (QS. Al Baqarah: 189).
"Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah, "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar." (QS. Al Baqarah: 217).
"Mereka menanyakan kepadamu tentang (pembagian) harta rampasan perang. Katakanlah, "Harta rampasan perang kepunyaan Allah dan Rasul." (QS. Al Anfâl: 1).
"Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah, "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". " (QS. Al Baqarah: 219).
Setiap pertanyaan dalam ayat-ayat di atas jawabannya selalu didahului dengan kata "qul" (katakanlah). Berbeda dengan ayat berikut ini,
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku." (QS. Al Baqarah: 186).
Dalam ayat ini, Allah ÓÈÍÇäå æÊÚáì yang langsung menjawabnya tanpa menggunakan kata "qul" (katakanlah), sebab hubungan yang ada adalah hubungan langsung, kontak terbuka antara kita dengan Allah ÓÈÍÇäå æÊÚáì, kapan dan di mana saja, tanpa ada perantara antara kita dengan-Nya.
Apalagi yang menghalangi tangan kita untuk tengadah berdoa kepada-Nya? Bukankah Allah ÓÈÍÇäå æÊÚáì, Yang Mahakaya lagi Mahakuasa atas segala sesuatu telah berkata kepada kita, "Mintalah kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan permohonanmu"?
Allah yang Mahakaya, Pemilik segala sesuatu, menyuruh Anda untuk meminta kepada-Nya. Tapi mengapa ketika kita ditimpa musibah, atau didera cobaan dan kesulitan, kita lebih memilih untuk meminta dan mengadu kepada sesama makhluk? Masuk akalkah seorang yang sedang tenggelam, memohon pertolongan dari orang yang juga tenggelam? Masuk akalkah, seseorang yang sedang membutuhkan, meminta pertolongan kepada orang yang juga membutuhkan?
Allah ÓÈÍÇäå æÊÚáì berfirman, "Hai manusia, kamulah yang berhajat kepada Allah; dan Allah Dialah yang Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Mahaterpuji." (QS. Fâthir: 15).
Alangkah dalam pengertian ayat ini! Setiap kita membutuhkan Allah! Orang kaya di antara kita adalah fakir. Penguasa kita adalah fakir. Rakyat jelata kita pun fakir. Setiap kita adalah hamba-hamba Allah yang fakir! DAn Allahlah yang Mahakaya, Al Ghaniy Al Hamîd. Kata-kata Al Ghaniy ini disebutkan dalam bentuk ma'rifah, agar kita tahu bahwa kekayaan ini adalah kekayaan (ketidakbutuhan) yang sifatnya mutlak dan absolut.
Anda bertanya, "Siapakah sebenarnya Sang Pemberi yang begitu Dermawan itu?" Dialah Allah! Salah satu nama-Nya adalah "Al Karîm", yang berarti Zat Yang Mahamemberi tanpa diminta. Subhânallah! Maka apalagi jika diminta!
KEUTAMAAN DOA
Pernahkah Anda memperhatikan susunan surah-surah dalam Al Qur'an? Ternyata Kitabullah dimulai dengan doa, surah Al Fatihah. Bukankah surah ini berisi doa agar kita ditunjuki jalan yang lurus? Lalu surah An-Nâs, surah penutup dalam Al Qur'an. Surah ini pun berisi doa perlindungan dari kejahatan bisikan setan, jin maupun manusia.
Maka Al Qur'an dibuka dengan doa lalu ditutup dengan doa pula, menunjukkan keutamaan yang agung dari doa ini.
1. Yang Paling Mulia di Sisi Allah
Rasulullah Õáì Çááå Úáíå æÓáã bersabda,
áóíúÓó ÔóíúÁñ ÃóßúÑóãó Úóáóì Çááøóåö ÊóÚóÇáóì ãöäú ÇáÏøõÚóÇÁö
"Tidak ada yang lebih mulia di sisi Allah melebihi doa." (HR. Tirmidzi & Ibnu Majah ).
2. Karenanya Allah Cinta
Rasulullah Õáì Çááå Úáíå æÓáã bersabda,
ãóäú áóãú íóÏúÚõ Çááåó ÓõÈúÍóÇäóåõ ÛóÖöÈó Çááåõ Úóáóíúåö
"Siapa yang tidak berdoa kepada Allah I, maka Allah akan murka kepadanya." (HR. HR. Ahmad dan selainnya, dinyatakan hasan oleh Al Albânî).
Dari hadits ini, kita bisa pahami bahwa doa adalah ibadah yang dicintai oleh Allah. Demikian pula orang yang berdoa dicintai oleh Allah. Mengapa demikian? Karena Allah I murka kepada hamba-Nya yang tidak mau berdoa.
Nah, sekarang Anda dihadapkan pada dua pilihan, Anda tetap enggan dan malas berdoa lalu Allah murka kepada Anda, atau Anda berdoa dan Allah pun cinta kepada Anda? Jiwa-jiwa yang sehat tentu akan memilih pilihan kedua, seperti halnya Anda. Bukan begitu?
3. Ibadah yang Paling Utama
Ibnu Abbas radhiyallohu anhuma berkata, "Ibadah yang paling afdhal adalah doa." (HR. Hâkim, juga diriwayatkan secara marfu’ dan dinyatakan hasan oleh Al Albânî).
BENTUK-BENTUK PENGABULAN DOA
Sekian banyak kenikmatan yang telah Allah karuniakan kepada Anda merupakan jawaban atas doa-doa Anda kepada-Nya. Anda bertanya, "Bagaimana bisa seperti itu?"
Ternyata, doa yang kita panjatkan tidak ada yang sia-sia, karena bisa jadi doa yang kita panjatkan itu dikabulkan dalam bentuk lain.
Di antara bentuk pengabulan doa adalah:
Pertama: Doa Anda dikabulkan di dunia.
Kedua: Ditangguhkan sampai hari kiamat.
Ketiga: Sebagai penangkal kejelekan yang mungkin akan menimpa Anda.
Inilah rahmat dan kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya, di mana Dia tak pernah menyia-nyiakan kebaikan yang kita lakukan.
Tapi mungkin Anda tidak tertarik dengan hal ini. Dan Anda berkata, misalnya ketikaAnda sedang butuh uang untuk suatu keperluan dan Anda telah berdoa kepada Allah agar diberi rezeki, "Allah Maha Mengabulkan doa, dan saya menginginkan doa saya dikabulkan di dunia. Saya hanya ingin uang, bukan dalam bentuk lain."
Ini adalah hal yang wajar. Tapi apakah Anda yakin bahwa setiap doa Anda akan mendatangkan kebaikan? Sebab bisa jadi, sebagian doa Anda justru akan mendatangkan kejelekan bagi Anda. Anda mungkin telah berdoa agar bisa lulus di perguruan tinggi favorit di kota Anda. Anda betul-betul menghiba bahkan sampai meneteskan air mata dalam berdoa. Namun Anda ternyata tidak diterima di perguruan tinggi itu. Apa yang akan Anda katakan? "Allah tidak mengabulkan doaku!".
Namun sebenarnya Allah telah mengabulkannya! Yaitu dengan menghalangi kejelekan yang hampir menimpa Anda tanpa Anda sadari jika Anda diterima kuliah di tempat tersebut. Bisa jadi di PT itu Anda akan dipertemukan dengan teman-teman yang buruk akhlak dan perangainya, yang justru akan menggelincirkan Anda dalam kebinasaan dunia dan akhirat.
Atau, Allah menangguhkan jawaban doa tersebut di akhirat dalam bentuk pahala yang tidak pernah Anda sangka-sangka sebelumnya. Demikian menakjubkannya pahala itu, sampai-sampai Anda berharap agar doa-doa Anda tidak dikabulkan di dunia. Semua untuk simpanan akhirat saja.
Terakhir Diperbaharui ( Jumat, 23 November 2007 )
Langganan:
Postingan (Atom)